BAB IV
PEMBAHASAN
Jgn lupa cantumkan sumber kalo mau copy atau share..
4.1 Data dan Profil Objek Penelitian
PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk. (“Indocement”) adalah salah satu produsen utama di Indonesia semen kualitas dan produk khusus semen dipasarkan dengan nama merek “Tiga Roda”.
Indocement didirikan sejak 16 Januari 1985 dan telah terintegrasioperasi semen dengan kapasitas produksi total tahunan yang dirancang 18,6 juta ton semen. Indocement saat ini mengoperasikan 12 pabrik, sembilan diantaranya berlokasi di Citeureup, Bogor, Jawa Barat, dua di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat, satu di Tarjun, Kotabaru dan Kalimantan Selatan.
Indocement menawarkan berbagai diversifikasi produk semen yang dijual di bawah merek “Tiga Roda”. Ini termasuk Portland Komposit Semen (PCC), Semen Portland (Tipe I, Tipe II dan Tipe V), Oil Well Cement, Semen Putih dan Mortar TR30 Putih.Indocement adalah satu-satunya produsen di Indonesia Semen Putih. PCC, yang diperkenalkan pada tahun 2005 sekarang account untuk mayoritas volume penjualan Perseroan. Semen ini menggunakan rasio yang lebih rendah bahan alternatif substitusi klinker, yang membantu untuk meningkatkan daya tahan dan ketahanan terhadap cuaca dan erosi kimia. Penggunaan bahan alternatif juga menurunkan kebutuhan energi dan emisi CO2, dan merupakan komponen utama dari komitmen Indocement untuk menjaga kelestarian lingkungan dalam semua operasinya.
Indocement telah menjadi penyedia terkemuka semen curah dan Beton Siap-Pakai (RMC). Ini lini bisnis dipromosikan melalui anak perusahaan PT Indocement Pionirbeton Industri (Pionir), yang juga menggunakan “Tiga Roda” merek. Untuk mendukung lini bisnis, Indocement mengakuisisi perusahaan agregat kedua tahun 2009, dengan sekitar 95 juta ton cadangan. Instalasi tanaman batching baru di tahun 2010 telah memungkinkan Indocement untuk cepat memperluas pangsa pasar untuk semen curah dan RMC, khususnya di Jakarta dan Jawa Barat kunci pasar. Indocement kini antara 3 pemasok atas semen curah dan RMC nasional.
Indocement mempertahankan sebuah rezim mapan Corporate program Social Responsibility (CSR), yang menekankan pengurangan kemiskinan, pendidikan dan lingkungan. Selama dekade terakhir Indocement telah menerima banyak pujian untuk bekerja dalam pembangunan berkelanjutan dan untuk memajukan kehidupan penduduk yang tinggal di dekat tempat operasi Perusahaan. Di antara penghargaan yang diterima pada tahun 2010, Indocement menerima peringkat tempat pertama dalam kategori Produsen di Award bergengsi SGS Quality untuk Corporate Social Responsibility kepada Masyarakat dan Lingkungan Hidup. SGS Indonesia adalah anggota dari Grup SGS, penyedia internasional jasa verifikasi, pengujian dan sertifikasi untuk perusahaan terkemuka.
Indocement go public pada 5 Desember 1989. Saham Indocement yang tercatat di Bursa Efek Indonesia per 30 Desember 2010, Perseroan memiliki kapitalisasi pasar IDR58, 716 miliar.
Indocement dan anak perusahaan mempekerjakan 5.982 personil pada akhir tahun 2010.
4.2 Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah data inflasi dan BI Rate sebagai variabel bebas (X) dan harga saham PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk. sebagai variabel tidak bebas (Y).
4.2.1 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
Digunakan untuk mengetahui apakah terjadi penyimpangan asumi atau variabel telah memenuhi persyaratan asumsi. Pengujian asumsi klasik dilakukan dengan menggunakan uji normalitas, uji multikolinieritas, uji autokorelasi, dan uji heterokedastisitas.
4.2.1.1 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah model regresi terdistribusi normal. Salah satu cara untuk melihat apakah data terdistribusi normal atau tidak dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari ditribusi normal.
Berdasarkan Gambar 4.1 dapat diketahui bahwa data terdistribusi normal, karena garis yang menggambarkan data yang sesungguhnya mengikuti garis diagonalnya.
4.2.1.2 Uji Multikolinieritas
Uji mulitikolinieritas digunakan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen . Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Konsekuensi adanya multikolinieritas adalah koefisien korelasi variabel tidak tertentu dan kesalahan sangat besar atau tidak terhingga.
Berdasarkan Tabel 4.2 didapatkan hasil bahwa nilai tolerance kedua variabel independen lebih dari 0.1 yaitu masing-masing sebesar 0,252 dan VIF kurang dari 10 yaitu masing-masing sebesar 3,927. Maka, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas antar variabel independen.
4.2.1.3 Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi, yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi dalam model regresi.
Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa nilai durbin-watson sebesar 0,086 dan berdasarkan table durbin-watson didapatkan dl sebesar 1,514 dan du sebesar 1,652. Maka, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi karena 0 < d < dl.
4.2.1.4 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas, yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Syarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala heteroskedastisitas.
Berdasarkan Gambar 4.2 dapat diketahui bahwa titik-titik tidak membentuk pola yang jelas. Sebagaimana terlihat, titik-titik itu menyebar di atas dan di bawah angka ) pada sumbu Y. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi.
4.2.2 Analisis Regresi Linier Berganda
Berdasarkan uji penyimpangan asumsi klasik, didapatkan hasil bahwa tidak terjadi penyimpangan. Sehingga analisis regresi linier berganda dapat digunakan sebagai alat analisis penelitian.
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mencari nilai persamaan regresi yang digunakan untuk mengukur tingkat variabel Y (Harga Saham) berdasarkan beberapa tingkat variabel X (Inflasi dan BI Rate) serta taksiran perubahan variabel Y (Harga Saham) untuk setiap satuan variabel X (Inflasi dan BI Rate).
Dari tabel di atas dapat dibuat dalam bentuk persamaan adalah sebagai berikut :
Y = 23.948,935 + ( 20.191,058X1 -202.613,382X2)
Dengan persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan bahwa:
1. Nilai koefisien konstanta sebesar 23.948,935 artinya apabila Inflasi (X1) dan BI Rate (X2) bernilai 0 atau tidak ada faktor Inflasi dan BI Rate, maka harga saham akan bernilai positif senilai 23.948,935 atau naik sebesar Rp. 23.948,935
2. Koefisien untuk variabel Inflasi (X1) sebesar 20.191,058 artinya apabila Inflasi naik sebesar 1% dengan asumsi variabel independen lainnya tetap, maka harga saham juga akan mengalami kenaikan sebesar Rp. 20.191,058. Dan sebaliknya apabila Inflasi turun maka harga saham juga akan mengalami penurunan sebesar Rp. 20.191,058 karena koefisien bernilai positif atau harga saham dan Inflasi berbanding searah.
3. Koefisien untuk variabel BI Rate (X2) sebesar -202.613,382 artinya apabila BI Rate naik sebesar 1% dengan asumsi variabel independen lainnya tetap, maka harga saham akan turun sebesar Rp. -202.613,382. Dan sebaliknya apabila BI Rate turun maka harga saham akan meningkat sebesar Rp. -202.613,382 karena koefisien bernilai negatif atau harga saham dan BI Rate berbanding terbalik.
4.2.3 Koefisien Korelasi
Perhitungan korelasi sederhana bertujuan untuk mencari kekuatan signifikasi dan arah hubungan antara dua variabel. Analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan antara Inflasi dan BI Rate sebagai variabel independen (X) terhadap harga saham sebagai variabel dependen (Y).
Untuk memudahkan melakukan interpretasi mengenai kekuatan hubungan antara dua variabel penulis memberikan kriteria sebagai berikut (Farhah:2010):
0 < r < 0.2 maka, hubungan antara X dan Y sangat lemah
0.2 < r < 0.4 maka, hubungan antara X dan Y lemah
0.4 < r < 0.7 maka, hubungan antara X dan Y kuat
0.7 < r < 0.9 maka, hubungan antara X dan Y sangat kuat
0.9 < r (5% ; 2 ; 57) = 3,158843
6. Menentukan nilai hitung (F-hitung) :
7. Keputusan:
Berdasarkan perhitungan secara statistk diketahui bahwa nilai F-hitung lebih besar daripada nilai F-tabel yaitu sebesar 34,687 dan tingkat signifikan lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,000 sehingga Ho ditolak yang berarti ada hubungan yang signifikan dan positif antara Inflasi dan BI Rate terhadap harga saham.
4.3 Rangkuman Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian dan analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
September 20, 2011
Kategori: Penulisan Ilmiah . . Penulis: sukangemilpunya . Comments: Tinggalkan komentar